Senin (17/11) pukul 21.30, Presiden Negara Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo, memberitahukan bahwa mulai Selasa (18/11), tepat pukul 00.00, Bahan Bakar Minyak (BBM), tak lagi bersubsidi. Sehingga, mengalami kenaikan hingga Rp2000,00. Tentu banyak pro dan kontra terhadap pencabutan subsidi ini. Rakyat banyak yang gempar dan menggalakkan aksi penolakan dengan mengadakan demo. Tetapi, banyak juga yang mendukung aksi pemerintah. Lalu, bagaimana pendapat guru dan siswa di SMAN 1 Jepara tentang kenaikan harga BBM ini?
“Kalau ditanya pengaruh apa tidak di hidup saya, ya pasti pengaruhlah,” ungkap Bu Maria Yekiana Mulyahati saat dimintai pendapatnya tentang kenaikan harga BBM oleh tim pers blog.sman1jepara.sch.id. “Tapi, kalau hanya memandang dari sisi merugikan rakyat itu kurang etis. Kita perlu berpikir jauh sebelum menghakimi kalau pemerintah itu salah. Karena, pasti ada alasan kenapa subsidi dihentikan. Saya sendiri yakin, orang-orang yang diberi mandat Tuhan untuk memimpin negeri ini pasti sudah memikirkan dengan matang tentang keputusan kenaikan BBM dengan resiko mereka akan dihujat. Lagipula, kenaikan BBM ini kan, sudah yang kesekian kali,” ujarnya.
Ketika ditanya pendapatnya tentang aksi demo masyarakat, Guru Kimia ini mengatakan bahwa itu hal yang wajar, bahwa ketika suatu keputusan diambil, akan ada sekelompok orang yang suka maupun tidak suka. “Yang penting tidak anarkis. Saya tidak suka yang seperti itu,” tambahnya.
Pendapat lain datang dari Bu Desye. Guru yang mengajar ekonomi dan sosiologi ini hanya bisa pasrah dengan kenaikan BBM yang memicu kenaikan harga barang-barang kebutuhan yang lain.
“Dampaknya sangat meluas. Masalahnya bukan hanya di 2000-nya, melainkan harga barang-barang lain yang ikut naik. Untuk orang yang pendapatannya tetap, kan jadi tidak bisa mencukupi kebutuhannya,” ujar beliau. “Apalagi buat saya yang menggunakan jasa transportasi umum. Otomatis biaya transportasinya ikut naik. Pengeluarannya jadi bertambah. Ini sangat berpengaruh buat saya.”
Hampir sama dengan Bu Yekiana, Bu Desye juga mengungkapkan bahwa aksi demo tersebut merupakan bentuk penyampaian aspirasi rakyat yang menolak pencabutan subsidi. Beliau juga menekankan bahwa demo tersebut boleh dilakukan, asal dengan cara yang benar, bukan dengan cara anarkis. Tim blog.sman1jepara.sch.id juga mewawancarai beberapa siswa untuk dimintai pendapatnya.
“Kalau menurutku, dinaikkan boleh, asal tidak langka saja di pasaran seperti dulu. Karena, BBM merupakan kebutuhan vital,” kata Dzul Fikri Liulin Nuha, Ketua OSIS SMAN 1 Jepara periode 2013/2014. “Sangat tepat untuk menaikkan harga BBM. Dana subsidinya bisa dialihkan ke kebutuhan yang lain seperti pemenuhan infrastruktur, pendidikan, serta kesehatan. Daripada dibakar setiap hari dan subsidi itu tidak tepat sasaran, lebih baik memang dinaikkan.”
Saat ditanyai pendapatnya tentang masyarakat yang berdemo, Dzul berpendapat bahwa hal tersebut merupakan wujud dari reaksi kaget masyarakat terhadap pengumuman mendadak kenaikan harga BBM. Dzul juga menambahkan bahwa hal ini bisa terjadi karena kurangnya sosialisasi dari Presiden Jokowi.
Pendapat serupa juga muncul dari Lovensia Zukruf Albasit, X MIA 6, bahwa kenaikan harga BBM ini tepat dilakukan. Dana subsidi bisa dialihkan untuk pemenuhan kebutuhan negara di bidang yang lain. Tetapi, menurut Lovensia, tindakan masyarakat yang berdemo itu tidak perlu dilakukan.
“Mereka seolah-olah menghalangi pemerintah yang membawa Indonesia ke kehidupan yang lebih sejahtera. Kenaikan harga BBM ini, kan, juga untuk pemenuhan anggaran negara. Jadi, menurutku, mereka salah kalau mencegah pemerintah menaikkan harga BBM.”
Protes terhadap kenaikan harga BBM juga diberikan oleh Azha Alvin Rahmansyah, X MIA 6.
“Harga BBM naik itu sangat berpengaruh. Bagaimana nggak? Harga BBM naik, uang jajan tetap. Otomatis ‘anggaran dana’ buat jajan berkurang. Kenapa nggak sekalian uang saku dinaikkan juga, sih?” Ungkapnya.
Jadi, bagaimana pendapat kalian tentang kenaikan harga BBM ini? Kalian setuju atau tidak? (Nara)