
“Dulu, Ayah bermimpi menjadi siswa di sana.”
Matahari terasa kian melembut ketika Ayah mengucapnya. Kuseka keringat di kepala sembari mengingat sekolah impian sebagian besar siswa Jepara. Gedung yang menghadap selatan dan berada di jantung kota Jepara telah membuktikan seberapa anggul siswanya. piala yang berjejer di rak ruangan utama hingga puluhan siswa yang berhasil masuk ke universitas ternama seakan memamerkan keunggulannya.
Dengan penasaran, aku menjawab bertanya, apa alasan Ayah tidak melanjutkan mimpinya. Namun jawaban Ayah membuatku termangu. “Karena…, ekonomi.
Pikirku melayang ke masa di mana aku berada di SMANSARA, menggandeng Ibu yang sedang mengambil laporan nilai milik Kakak. Mendengar penjelasan si walikelas yang mengatakan bahwa SMANSARA telah memiliki total tiga puluh dua ekstrakulikuler. Bibirku membulat, membayangkan seberapa besar peluang yang bisa aku dapatkan bila melanjutkan studi di sana. Bagaimana tidak? Prestasi-prestasi yang tersimpan rapi, alumni yang mengepakkan sayap di berbagai bidang, lingkungan yang suportif, bahkan kerjasama antara SMANSARA dan sekolah mancanegara.
Banyak ekstrakulikuler yang sudah besar dan masih berkembang, seperti Jurnalistik. Program berja seperti workshop dengan narasumber terkemuka seakan merayu memanggilku. Acara tahunan yang masih diselenggarakan dan memanggil guest star Soegi Bornean melambai padaku ‘tuk bergabung dalam dekapan. Aku mulai membayangkan bergandengan dan tertawa lepas bersama teman dalam seragam putih abu-abu, dalam riuhnya puncak acara GeKAES sebagai hiburan.
Kini pikiranku kembali lagi. Mendengarkan dengan seksama kalimat Ayah yang selanjutnya membuat hatiku menghangat. Ayah bilang, “Tapi kamu tidak usah khawatir. Kamu bisa bersekolah di sana seperti kakak. Anggap saja, ini baktimu dengan cara melanjutkan mimpi Ayah.”
Karya finalis Journalism Fair 2025: Qurrota Ayun, SMP Negeri 1 Pakis Aji