Di awal film kita diperkenalkan pada penggolongan kasta yang umum terjadi di sekolah. Ada kumpulan murid populer, murid kutu buku, atlet, dan yang terakhir mereka yang tak masuk kategori apapun alias mereka yang keberadaannya tak dianggap. Di setiap sekolah pastinya ada beberapa murid dengan nama yang sama. Begitu juga murid-murid yang terbagi dalam beberapa golongan, mulai dari populer sampai invisible. Meskipun begitu, setiap murid pasti punya sesuatu yang spesial, salah satunya adalah May Nhai (Sutatta Udomsilp).
Konon di Thailand sana, May merupakan salah satu nama yang paling umum. Jika diterjemahkan ke Inggris May Nhai berarti pula “May Who” yang secara harafiah bermakna “May siapa?” atau “May yang mana?”. Dari sini, sineasnya bermaksud hendak bilang tokoh kita bukan sosok penting di sekolahnya, sebuah SMA dengan kurikulum Jepang-Thailand. Hingga suatu hari, May Nhai tidak sengaja berkenalan dengan si invisible yang jago menggambar komik, Pong (Thiti Mahayotaruk).
Perkenalan mereka sebenarnya diawali dengan hal yang tidak menyenangkan. May mengakibatkan komik porno Pong tentang gebetannya tersebar di seluruh sekolah. Merasa begitu kesal, Pong meminta May untuk mengucapkan maaf kepadanya. Tapi, suasana semakin memanas, karena May menolak permintaan itu dan pergi. Menarik tangan May supaya tidak pergi, Pong justru tersengat listrik statis dari tubuh May.
Awalnya, Pong berencana menyebarkan gosip bahwa May adalah cewek yang suka membawa alat sengat listrik ke sekolah. Sampai akhirnya, ia tahu bahwa listrik statis itu muncul dari tubuh May secara alami saat detak jantungnya meningkat. Satu hal yang membuat May tak bisa leluasa berteman, apalagi berpacaran. Fakta itu juga yang membuat Pong memutuskan untuk menjadi teman May. Sebagai sama-sama murid invisible, mereka lalu saling bantu untuk berhasil jadian dengan gebetan masing-masing. Apakah usaha mereka berhasil atau justru situasi di antara keduanya berubah total?
Sesuai dengan genrenya, yaitu komedi romantis, May Who? menampilkan kisah romantis remaja penuh humor yang sukses bikin terpingkal-pingkal. Diselipkan pula kebiasaan dan tren di kalangan remaja yang ternyata juga dekat dengan remaja Indonesia. Selain soal cinta, film ini pun menonjolkan soal solidaritas dan rasa percaya diri sebagai remaja. (SJPA)