“I’m sick of all this waiting and people telling what I should do.
What if I’m not so crazy and you’re the one who’s wrong, not me?”
Sebagai remaja, tentu kita pernah merasa ingin memberontak dengan keadaan. Ada rasa muak terhadap komentar dan anjuran (yang cenderung seperti paksaan) dari orang-orang dalam lingkungan keseharian kita, seperti yang potongan bait di atas ungkapkan. Itulah yang sekiranya ingin disampaikan Simple Plan melalui salah satu single mereka, “Generation”.
Eitss, jangan salah. “Pemberontakan” yang Simple Plan maksud pada single dalam album bertajuk “Simple Plan” ini bukan merupakan pemberontakan untuk melanggar norma dan peraturan yang berlaku, lho. Melainkan pemberontakan terhadap kritik sosial yang membuat panas telinga.
Misalnya, ketika kita melakukan suatu hal yang bukan merupakan kebiasaan tempat lingkungan kita tinggal, atau memiliki pola pandang lain dalam menganalisis suatu masalah. Tentu akan ada orang-orang yang berkomentar tidak mengenakkan, bukan?
Atau, seperti ketika kita membuat inovasi baru seperti membuat kerajinan tangan dari suatu limbah dan banyak orang yang menertawakan apa yang kita perbuat serta menganggapnya tidak berguna. Kesal? Tentu saja!
Lagu punk rock ciptaan Pierre Bouvier dan Chuck Comeau ini seperti mengungkapkan kekesalan tersebut. Pada lirik awal saja, vokalis dan drummer Simple Plan ini sudah mengungkapkan betapa muaknya bila menghadapi orang-orang yang berusaha mendikte, serta men-judge pihak yang dianggap lain dengan mereka.
Aliran musik punk rock dengan gebukan drum yang begitu khas, seolah mempertegas kesan pemberontakan kaum inovatif dan kreatif terhadap kritik sosial menyudutkan dari pihak-pihak yang masih agak kolot.
Hal ini dipertegas lagi dengan lirik yang berbunyi “so what you gonna do, what you gonna say when we’re standing on top and do it our way? You say we got no future, you’re living in the past.” Maksudnya, “kaum pemberontak” ini menyatakan bahwa mereka bisa sukses dengan cara mereka sendiri, yang mana, dianggap sebagai penyimpangan oleh pihak pendikte dan kolot tersebut.
Intinya, lagu pada album yang rilis pada tahun 2008 ini secara implisit menyampaikan bahwa siapapun orang yang mendapat kritik menyudutkan karena pola pikir yang berbeda namun masih sesuai norma dan peraturan, ia tak perlu memusingkannya. Justru, orang-orang yang inovatif dan kreatif bisa mencapai kesuksesan tanpa harus memedulikan komentar mencela orang lain. Akan tetapi, tentu saja kesuksesan itu dapat diraih bila dibarengi doa, semangat pantang menyerah, serta kerja keras.
Dan oh! Lagu ini cocok juga buat headbangs, lho. 😀 (Nar)